Selembar kertas ini, menempuh perjalanan panjang dari Tangerang menuju Magelang, lantas kini berlabuh di Jogja, berdiam di sudut kamarku.
Inilah sepotong kecil kenangan yang mengingatkanku pada kalian. Ah, aku rindu kalian teman :'
10/8/13
8/4/13
7/31/13
Jodohku, Labuhan Mimpiku
Akhirnya kumenemukanmu
Saat hati ini mulai merapuh
Akhirnya kumenemukanmu
Saat raga ini ingin berlabuh
Ku berharap engkaulah
Harapan segala risau hatiku
Selasa, 30 Juli 2013. Nampaknya hari itu Allah mempertemukan saya dengan "jodoh" saya :)
Jodoh yang selama bertahun-tahun bersembunyi di alam bawah sadar saya. Jodoh yang mungkin beberapa kali secara tak sengaja namanya saya sebut diam-diam.
Kisah ini bermula beberapa tahun silam ketika saya masih berseragam putih biru, masih polos dan terkadang tak tahu malu. Sejak awal mengenakan seragam putih biru itu saya diam-diam telah memimpikannya, menyukainya. Saya memang sudah cukup dekat dengannya sejak masih kecil, ayah saya yang secara tak sengaja memperkenalkan kami. Awalnya saya memang tak tertarik sedikitpun padanya. Saya lebih memilih yang menurut saya (saat itu) lebih keren dan lebih menjanjikan masa depan yang cerah. Namun hati saya ternyata berbalik arah, entah mengapa saat duduk di bangku SMP saya mulai tertarik padanya. Dan cukup banyak kawan saya yang saat itu mengatakan kami cocok dan bahkan mendoakan saya berjodoh dengannya
Kekaguman saya padanya pun berlanjut hingga saya duduk di bangku MA, di tahun pertama saya disana, saya masih dengan kuat memegang teguh keinginan saya untuk menjadikannya labuhan masa depan saya nanti. Namun, seiring waktu berjalan keyakinan saya mulai goyah. Pesonanya perlahan mulai pudar karena tergantikan yang lain. Terlebih kedua orang tua saya kurang setuju jika saya tetap mempertahankan dia. Saya pun berpindah hati, bersama dengan banyak orang mulai mengejar dia yang bagi banyak orang nampaknya menjanjikan masa depan yang cerah. Dengan dukungan penuh dari ayah dan ibu, saya turut berjuang memperebutkannya. Memang, sangat banyak yang menginginkan dia yang satu ini.
Kisah ini bermula beberapa tahun silam ketika saya masih berseragam putih biru, masih polos dan terkadang tak tahu malu. Sejak awal mengenakan seragam putih biru itu saya diam-diam telah memimpikannya, menyukainya. Saya memang sudah cukup dekat dengannya sejak masih kecil, ayah saya yang secara tak sengaja memperkenalkan kami. Awalnya saya memang tak tertarik sedikitpun padanya. Saya lebih memilih yang menurut saya (saat itu) lebih keren dan lebih menjanjikan masa depan yang cerah. Namun hati saya ternyata berbalik arah, entah mengapa saat duduk di bangku SMP saya mulai tertarik padanya. Dan cukup banyak kawan saya yang saat itu mengatakan kami cocok dan bahkan mendoakan saya berjodoh dengannya
Kekaguman saya padanya pun berlanjut hingga saya duduk di bangku MA, di tahun pertama saya disana, saya masih dengan kuat memegang teguh keinginan saya untuk menjadikannya labuhan masa depan saya nanti. Namun, seiring waktu berjalan keyakinan saya mulai goyah. Pesonanya perlahan mulai pudar karena tergantikan yang lain. Terlebih kedua orang tua saya kurang setuju jika saya tetap mempertahankan dia. Saya pun berpindah hati, bersama dengan banyak orang mulai mengejar dia yang bagi banyak orang nampaknya menjanjikan masa depan yang cerah. Dengan dukungan penuh dari ayah dan ibu, saya turut berjuang memperebutkannya. Memang, sangat banyak yang menginginkan dia yang satu ini.
Namun, takdir Allah nampaknya berkata lain. Saya ternyata belum pantas untuk mendapatkannya. Kesedihan tentu saja tak henti merayapi saya. Dan ditengah kesedihan itu munculah berita bahwa cinta pertama saya dahulu mengijinkan saya untuk melabuhkan mimpi padanya. Sungguh sulit sekali rasanya mendefinisikan perasaan saya saat mengetahui hal tersebut. Bahagia karena pada akhirnya ada yang mau menerima saya dan terlebih ia adalah cinta pertama saya. Namun sedih, karena jujur saja cinta saya padanya telah sedikit memudar.
Dan pada akhirnya disinilah saya, mengeja kata sembari memantapkan hati saya untuk turut teguh memilihnya. Menerima kenyataan bahwa mungkin memang dialah jodoh terbaik yang Allah pilihkan untuk saya. Meyakinkan diri bahwa jodoh saya inilah yang nantinya akan menjadi labuhan mimpi saya. Semoga saja.
Dan pada akhirnya disinilah saya, mengeja kata sembari memantapkan hati saya untuk turut teguh memilihnya. Menerima kenyataan bahwa mungkin memang dialah jodoh terbaik yang Allah pilihkan untuk saya. Meyakinkan diri bahwa jodoh saya inilah yang nantinya akan menjadi labuhan mimpi saya. Semoga saja.
Ilmu hukum, aku siap melabuhkan mimpiku bersamamu!
7/17/13
Banana Girl Emoticons
Nggak sengaja nemu emoticons yang unyu dan rasanya pas banget sama aku :D
Unyu kaan? Masih banyak lagi loh di http://eemoticons.net/!
Unyu kaan? Masih banyak lagi loh di http://eemoticons.net/!
1/20/13
Pada Tuan
ah, mungkin saja tuan telah tahu
atau bibir tuan lagi-lagi menggerinyau
pada hamba, akas tanya itu tuan halau
"kapan waktu hendak kau bungkam bisu?"
biar sajalah dahulu tuan menerka
apa yang disimpan hati tiada yang nyana
memanglah dusta tiada patut pula
namun jika hamba ucap kata
hendak melayas tuan menjadi nurbisa
aduhai, hina memang bermuka dua
hati bibir tak hendak sepakat bersama
namun, demi tuan pula hamba begini
biar terbeku mati seganap cindai
dan tiada akan berpilin beruntai
atau bibir tuan lagi-lagi menggerinyau
pada hamba, akas tanya itu tuan halau
"kapan waktu hendak kau bungkam bisu?"
biar sajalah dahulu tuan menerka
apa yang disimpan hati tiada yang nyana
memanglah dusta tiada patut pula
namun jika hamba ucap kata
hendak melayas tuan menjadi nurbisa
aduhai, hina memang bermuka dua
hati bibir tak hendak sepakat bersama
namun, demi tuan pula hamba begini
biar terbeku mati seganap cindai
dan tiada akan berpilin beruntai
Subscribe to:
Posts (Atom)